Rabu, 29 Desember 2010

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA OFFICIAL WEBSITE PERUSAHAAN STUDI PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk

Perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

Visi  PT. Unilever
“To become the first choice of consumer, costumer and community

MISI PT. UNILEVER
  • Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen
  • Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
  • Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
  • Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
  • Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.

1a. Critical Success Factor Sistem Informasi Manajemen
Secara teknis rencana suksesi PT. Unilever ke depan, seperti dijelaskan Joseph, pertama karena pertumbuhan perusahaan ke depan harus melihat apakah perusahaan akan punya karyawan yang sama atau mengalami pertambahan atau pengurangan, kedua apakah perusahaan mempunyai stock tenaga kerja dan apakah stock ini akan cukup atau perlu ditambah atau mungkin orangnya tetap sama tetapi perlu dididik lagi untuk memenuhi requirement di tahun mendatang. Di sini kami definisikan ada basic awareness, working knowledge, fully operational dan yang paling tinggi leading act. Jadi setiap karyawan selalu dibandingkan dengan requirement dari pekerjaannya, apakah cocok atau tidak, jika belum cocok yang akan dilakukan perusahaan adalah pengembangan orangnya. Rencana suksesi ini dilakukan juga untuk menghadapi keadaan darurat seperti ketika karyawan yang tiba-tiba pindah ke perusahaan lain. Meski demikian tetap tidak menutup kemungkinan jika karyawan pengganti harus diambil dari luar perusahaan. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan rencana suksesi itu yang paling gampang adalah dengan menggunakan performance a phrasal.

1b. Komponen Sistem Informasi
1. Sumber daya manusia
Semakin berkembangnya perusahaan Unilever maka semakin banyaknya sumber daya manusia yang bergabung di dalamnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa disini kita memiliki dua pelajaran manajerial yang ingin kita explorasi disini. Yang pertama, melalui pengalaman pemasarannya yang amat ekstensif, kita mungkin mesti harus menyebut Unilever Indonesia sebagai The Best Marketing School in Town. Sebuah tempat dimana proses pengembangan SDM dalam bidang pemasaran menemukan bentuknya yang paling ideal.
Dalam konteks ini, kita melihat mereka mampu mendesain skema pengembangan karir yang sistematis dan terencana terhadap para manajer mereka – baik yang senior maupun junior. Didukung oleh portfolio produk yang luas, mereka lantas cukup leluasa untuk melakukan rotasi diantara manajernya untuk berpindah dari satu produk (brand) ke lini produk lainnya. Dan disinilah mereka kemudian mampu menempa para manajer mereka secara optimal melalui pergerakan karir yang dinamis – baik secara vertikal, diagonal dan horizontal. Yang lebih elok, mereka tampaknya juga mampu menciptakan proses mentoring secara natural – dimana para manajer yang telah senior secara konstan terus menerus melakukan transfer pengetahuan kepada para juniornya.
2. Sumber Daya Hardware
Pada perusahaan Unilever banyak digunakannya sumber daya hardware, misalnya untuk penyimpanan data yang dilakukan oleh unilever, untuk memproduksi suatu produk juga menggunakan sumber daya hardware. Adapun sumber daya hardware yang digunakan oleh perusahaan Unilever adalah pemakaian computer yang berguna untuk penyimpanan data perusahaan, monitor video untuk membantu keamanan di dalam pabrik, dan masih bank lagi sumber daya hardware yang digunakan.
3. Sumber Daya Software
Pada perusahaan Unilever banyak menggunakan sumber daya software, misalnya untuk pembukuan laporan keuangan Unilever sudah memakai sumber daya software accurate,pada saat memproduksi produk dilakukan program-program system operasi.
4. Sumber Daya Data
Unilever adalh perusahaan manufaktur global yang bernilai 54 milyar dolar dan pemasok barang-barang kebutuhan sehari-hari.Unilever adalah sebuah perusahaan yang sangat besar,ini terbukti karena unilever beroperasi di57 negara dengan Tim regional untuk Eropa,Amerika,dan Asia Afrika(termasuk Australia).Bisa dibayangkan jika terjadi penerobosan sistem keamanan Unilever,akan banyak data perusahaan yang penting yang dicuri seperti angka penjualan,nomor jaminan sosial,nama pelanggan,nomor telepon dan alamat e-mail.Pengguna yang tidak sah tentu saja dapat mengakses jaringan perusahaan internal melalui perangkat-perangkat ini,mengunduh data atau pesan yang tidak ditorisasi dapat membawa masuk walmare yang berbahaya bagi sistem.Hal ini tentu saja sangat merugikan perusahaan dan dapat mengganggu kinerja perusahaan.
5. Sumber Daya Jaringan
Sumber daya jaringan yang dimiliki oleh Unlever adalah perangkat genggam nirkabel. Sebagai eksekutif tentu saja membutuhkan alat untuk mempermudah kinerja bisnis perusahaan.Dengan semakin majunya ternologi maka sekarang para eksekutif banyak menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif sekarang banyak menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif unilever ,sebagai pekerja di perusahaan besar maka nirkabel sangat membantu para eksekutif dalam pekerjaanya.Perangkat gengganm nirkabel dilengkapi dengan perangkat yang dapat mengirimkan suara dan data beroperasi dengan jaringan nirkabel yang berbeda.Dapat dilihat lampiran e-mail seperti fileword dan kekuatan baterainya lebih dari 4 jam.Dengan segala kemudahannya hal ini hal ini juga dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan sehingga perusahaan akan mendapatkan banyak keuntungan.
Mengijinkan para eksekutif Unilever menggunakan BlackBerry adalah ide yang baik karena perangkat tersebut adalah pemimpin dalam kategorinnya dan bekerja dengan banyak server e-mail yang berbeda dan standar jaringan nirkabel yang beragam termasuk CDMA dan Wi-Fi.Hal ini tentu saja memudahkan para eksekutif untuk membawa kemanapun alat tersebut walaupun perangkat genggam nirkabel mudah hilang atau dicuri karena begitu portabel dan dapat ditembus oleh haicker dari pihak luar lainnya.Tetapi dengan kecanggihannya perangkat-perangkat BlackBerry menggunakan sistem operasi yang mengizinkan manajer teknologi informasi membuat larangan-larangan otomatis seperti tidak boleh membuka lampiran e-mail yangn dikirim dari PC pengguna.Ini mengurangi kesempatan virus menulari jaringan perusahaan.Penggunaan keamanan ini juga mencegah penggunaan layanan e-mail atau Browser Web Alternatif.Jadi dengan mengizinkan para eksekutif menggunakan BlackBerry maka hal tersebut dapat lebih memudahka para eksekutif untuk bekerja dengan baik

1c. Enterprise Analysis
Isu CSR dapat disimpulkan sebagai parameter kedekatan era kebangkitan masyarakt (civil society). Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya bergerak dalam aspek philantropy maupun level strategi, melainkan harus merambat naik naik ke tingkat kebijakan (policy) yg lebih makro dan riil. Dunia usaha harus dapat mencontoh perusahaan-perusahaan yg telah terlebih dahulu melaksanakn program CSR sebagai salah satu policy dari manjemen perusahaan. PT. Bogasari, misalnya memiliki program CSR yg terintegrasi dengan strategi perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usah mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu. Seperti yg telah kita ketahui, jika mereka adalah konsumen utama dari produk perusahaan ini. Demikian juga dengan PT. Unilever yg memiliki program CSR berupa pendampingan terhadap petani kedelai. Bagi kepentingan petani, adanya program CSR ini berperan dalam meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi. Sedangkan bagi Unilever sendiri, hal ini akan menjamin pasokan bahan baku untuk setiap produksi mereka yg berbasis kedelai, seperti kecap Bango, yg telah menjadi salah satu andalan produknya. Ada kalanya program CSR perusahaan tidak mesti harus berada pada tingkat produsen dan pengembangan produk, tetapi dapat mencakup aspek-aspek lain, semisal pendidikan dan pelatihan, serta konservasi. Poin yang pertama, akhir-akhir ini seakan-akan sedang menjadi trend di dunia usaha. Banyak perusahaan yang memilih program CSR di bidang edukasi. Program seperti ini kebanyakn memfokuskan pada edukasi bagi generasi mendatang, pengembangan kewirausahaan, pendidikan finansial, maupun pelatihan2. PT. Astra International Tbk, misalny, telah membentuk Politeknik Manufaktur Astra, yg menelan dana puluhan milyar. Selain itu, ada juga program dari HM Sampoerna utk mengembangkan pendidikan melalui Smapoerna Foundation, utk program ini, Sampoerna sendiri telah mengucurkan dana tak kurang dari 47 milliar. Nah, jelas sudah jika CSR sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image perusahaan. Jadi, semestinya dunia usaha tidak memandang CSR sebgai suatu tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.

- fungsi manajemen dan kebutuhan informasi
Pengertian Penerapan CSR
Menurut Boone dan Kurtz (2007), pengertian tanggung jawab social (social responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
B. Tamam Achda (2007) mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Meskipun laba dan kesempatan kerja tetap memiliki arti penting, tetapi dewasa ini terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi pada penilaian kinerja sosial sebuah perusahaan, termasuk di antaranya memberikan kesempatan kerja yang sama; menghargai perbedaan budaya para karyawan; merespon masalah-masalah lingkungan hidup; menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat; dan memproduksi produk-produk bermutu tinggi yang aman untuk digunakan.

Pentingnya Menerapkan CSR
Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR yaitu :
  1. meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin
  2. posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya
  3. semakin mengemukanya arti kesinambungan
  4. semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan bersifat anti-perusahaan
  5. tren ke arah transparansi
  6. harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.
Pearce (2003) melaporkan dari workshop yang diselenggarakan oleh Departemen Perdagangan dan Industri UK dan diorganisir oleh Forum for the Future pada bulan Mei 2003, temuan yang menyatakan CSR bukanlah biaya bagi suatu bisnis terangkat dari adanya tumpang tindih antara perhatian manajemen lingkungan dan stakeholder dan apa yang dilihat oleh strategi bisnis modern yang berbasis sumber daya (resource-based business strategy) sebagai sumber sukses kompetitif bisnis. Workshop tersebut juga menemukan bahwa penelitian parallel pada modal intangible dan intelektual dari bisnis, termasuk kontribusi manajemen stakholder dapat membuat perusahaan memiliki keunggulan kompetitif.
Lantos (2002) menggunakan Klasifikasi Carroll (Carroll’s classification) sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan, yaitu:
  1. Tanggung jawab ekonomi : menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi pekerjanya, menghasilkan produk yang berkualitas bagi pelanggan
  2. Tanggung jawab hukum : mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan
  3. Tanggung jawab etik : menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang harus dan fair, dan tidak menimbulkan kerusakan
  4. Tanggung jawab filantropis : memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu dan uang untuk pekerjaan yang baik.
Dari Klasifikasi Caroll tersebut Lantos membuat klasifikasi yang berkaitan dengannya (Lantos, 2002) yaitu :
  1. Ethical CSR: secara moral memilih untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dari segi ekonomi, hukum, dan etika
  2. Altruistic CSR: Memenuhi tanggung jawab filantropik perusahaan, melakukan pencegahan timbulnya kerusakan (ethical CSR) untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan apakah hal itu menguntungkan perusahaan
  3. Strategic CSR: memenuhi tanggung jawab filantropik yang menguntungkan perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill.
– kebutuhan informasi
Pengukuran Index Publisitas
Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan, dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima) pertanyaan atau kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS Program, 2004) digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan. Index tersebut diukur dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang diungkapkan oleh Unilever pada official website-nya.
- analisis keutuhan data
Dari uraian tentang program CSR Unilever di atas, kategori CSR yang dungkapkan oleh Unilever pada official website-nya dapat dilihat bahwa Unilever telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publiknya melalui official website-nya. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan sebanyak 4 kategori, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi Kebijakan Sosial sebanyak 5 kategori.

1d.  Arsitektur Teknologi Informasi
Teknologi informasi bagi banyak perusahaan merupakan bagian yang semakin hari semakin berpran penting dalam menunjang performance perusahaan. Oleh karena itu pengelolaannyapun perlu mendapat perhatian yang serius.
Di banyak perusahaan, TI identik dengan cost center. Itulah sebabnya mengapa banyak perusahaan kini menaruh minat pada gagasan SOA (Service Oriented Architecture), yang menjanjikan pengembangan peranti lunak lebih cepat, fleksibel dan hemat biaya. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika perusahaan memutuskan untuk melangkah lebih jauh dengan SOA.
Pada dasarnya, SOA adalah arsitektur teknologi informasi yang menitikberatkan pada layanan (services), dimana komponen-komponen peranti lunak dapat digunakan kembali (reused) dan dipadukan kembali (recombined) dengan fleksibel.
Di lingkungan arsitektur peranti lunak berbasis SOA, yang memanfaatkan berbagai mekanisme standar seperti misalnya eXtensible Markup Language (XML), komponen-komponen peranti lunak itu tampil di jaringan menawarkan services, yang kemudian dimanfaatkan aplikasi-aplikasi lainnya. Alhasil, bagi departemen TI, cara ini lebih produktif. Kini mereka bisa dengan mudah mengubah atau membangun services baru tanpa harus membongkar berbagai jenis aplikasi satu per satu.
Filosofi desain peranti SOA memaksa perusahaan untuk membuat reusable service, ketimbang membuat satu aplikasi utuh. Aspek reuse atau penggunaan kembali di dalam SOA ini berdampak pada penghematan biaya, karena para pengembang peranti lunak bisa meminimalkan kode-kode software yang berlebihan, selain waktu pengembangan software juga lebih cepat. Hal ini berarti pula perusahaan bisa lebih siap merespon perubahan kebutuhan kastamer maupun rekanan usahanya.

- Organisasi  IT dan Pengukuran Index Publisitas
Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan, dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima) pertanyaan atau kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS Program, 2004) digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan. Index tersebut diukur dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang diungkapkan oleh Unilever pada official website-nya.

-Manajemen implementasi SIM
Pegungkapan CSR Unilever
  1. I. Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan
Unilever tidak mengungkapkan informasi secara rinci tentang struktur direksi, tanggung jawab setiap direksi, komposisi direksi, nama dan biografi direksi, anggota komite, orang yang bertugas menangani pelaksanaan, pengawasan dan audit kebijakan ekonomi, sosial, dan lingkungannya.
Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’ dan ‘Kode Etik Prinsip Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi pedoman bagi manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang berkepentingan dalam aktivitas mereka.
Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata kelola perusahaan Uniever, antara lain:
  • Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee (SEAC) atau Komisi Jaminan Keselamatan dan Lingkungan yang berkedudukan di Inggris guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari produk dilakukan secara terpisah dari keputusan komersial.
  • Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan perilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.
Dalam laporannya, Unilever menyatakan bahwa mereka menghormati hak dengan meminta kepada pemasok yang terpilih untuk mengikuti Kode Etik Prinsip Bisnis Pemasok atau Supplier Code of Business Principles (COBP) yang mengutamakan strategi bisnis berdasarkan kejujuran dan integritas, serta respek terhadap yang lain. Kode etik ini merupakan bagian integral dari setiap kontrak pemasok, yang membantu Unilever untuk memastikan kesinambungan praktek Unilever dan pemasoknya.
  1. II. Kebijakan Lingkungan
Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang
Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :
  • Seiri – Keteraturan
  • Seiton Organisasi Tempat Kerja
  • Seiso – Pembersihan
  • Seikhatsu – Kebersihan
  • Shitsuke – Kedisiplinan
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).
  1. III. Kebijaksanaan Sosial
Unilever mengatakan bahwa mereka bekerja sesuai standar Kode Etik Prinsip Bisnis. Mereka juga mengatakan pelaksanaan kegiatannya sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja Indonesia (UU 13 Tahun 2003) dan mengelola bisnis sedemikian rupa, sehingga martabat manusia dan hak pekerja terjaga. Sekitar 90% karyawan Unilever adalah anggota serikat pekerja. Pada tahun 2003 dan 2004, manajemen Unilever mengadakan pelatihan “Labour Management Cooperation” bersama-sama International Labour Organization (ILO). Dalam rangka memastikan kesehatan dan vitalitas para karyawan, Unilever mengadakan pemeriksaan kesehatan setiap karyawan secara berkala. Pada tahun 2005, mereka telah mengembangkan program sukarela yang menawarkan berbagai pendidikan dan bantuan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang diidentifikasi dalam pemeriksaan kesehatan. Saat ini, program-program tersebut mencakup kelompok obesitas, diabetes, dan sakit punggung.
Sejalan dengan misi sosial brand, Unilever aktif bekerja sama dengan berbagai organisasi kesehatan dan lingkungan internasional. Unilever bekerja erat dengan BPOM ketika mereka mengembangkan standar pengawasan paska pemasaran atau Post Marketing Surveillance (PMS) bekerja sama dengan Badan Kosmetika ASEAN. Standar ini akan diterapkan pada 2008, yang akan menyelaraskan distribusi produk kesehatan, kebersihan dan obat-obatan di negara-negara ASEAN.
Vitalitas perusahaan diklaim oleh Unilever secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan Unilever sendiri dalam menarik minat dan mempertahankan orang-orang dengan ketrampilan, motivasi dan kreativitas yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Unilever menyediakan tempat kerja yang sehat, aman dan terbuka, kesempatan belajar dan berkembang, penghargaan dan kompensasi yang adil, serta penghargaan atas kemajuan. Unilever berupaya mengembangkan karyawan dengan meningkatkan kemampuan intelektual dan ketrampilan karyawan serta mendekati secara emosional dan spiritual untuk merangkul hati para karyawannya.
Permasalahan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan pun dimasukkan ke dalam bagian pabrik pada Perjanjian Kerja antara Unilever dan serikat karyawan. Dalam perjanjian ini, perusahaan berkomitmen untuk menerapkan program kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, sementara para karyawan berkomitmen untuk mengikuti program tersebut dan juga berperan aktif dalam upaya perusahaan untuk menjaga kinerja kesehatan, keselamatan, dan lingkungannya.
Pada tahun 2006, Unilever membentuk inisiatif dengan fokus khusus pada keselamatan di perjalanan, termasuk bagi para pengendara sepeda motor. Para karyawan seharusnya tidak hanya memiliki tempat kerja yang aman, melainkan juga dapat sampai ke tempat kerja dengan aman. Bagi para staf penjualan, program ini mencakup cara berkendara yang benar dan penyediaan perlengkapan keselamatan seperti helm bagi para karyawan.
6h. Maintenance
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :
  • Seiri – Keteraturan
  • Seiton Organisasi Tempat Kerja
  • Seiso – Pembersihan
  • Seikhatsu – Kebersihan
  • Shitsuke – Kedisiplinan
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).

7. ANALISIS
Dalam studi kasus PT. Unilever diatas menunjukkan bahwa system informasi manjemen yang di gunakan oleh Unilever yaitu official website telah benar-benar di manfaatkan. Hal ini terbukti bahwa pada hasil pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.
Kendaka dalam studi kasus ini adalah bahwa tidak semua perusahaan dapat memanfaatkan system informasi manajemen yang dimilikinya, dalam hal ini official website dengan maksimal sehingga hasilnya tidak memuaskan dalam rangka menyukseskan program CSR suatu perusahaan.
Kebutuhan pengembangan yang perlu dilakukan oleh sutu purusahaan adalah dengan benar-bener memanfaatkan system informasi manajemen yang di milikinya, khususnya official website agar program CSR suatu perusahaan dapat berhasil sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Hasil pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.
  2. Penelitian ini menunjukkan bahwa Index Publisitas Unilever adalah 13, index tersebut diperoleh dari tata kelola perusahaan dan pelaporan sebanyak 4 kategori, dari dasar kebijakan terhadap lingkungan yang dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi kebijakan sosial sebanyak 5 kategori. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official website-nya.

Rabu, 22 Desember 2010

Pemanfaatan Sistem Informasi Dalam Perusahaan

Dalam dunia bisnis, penggunaan Sistem Informasi sangatlah penting. Hal ini terbukti dari manfaat penggunaan Sistem Informasi yaitu : bahwa Sistem Informasi dalam suatu perusahaan berfungsi untuk mengumpulkan informasi, dimana informasi ini dapat berupa informasi keuangan yang merupakan sistem pelaporan dan pengendalian keuangan menyeluruh yang tidak hanya sebatas fungsi-fungsi rutin yang mencakup pemeliharaan general ledger sebuah lembaga maupun informasi nasabah (customer information system). Selain itu juga, Sistem Informasi berfungsi untuk menginput, memproses, menyimpan, mengatur, mengontrol, dan melaporkan informasi tersebut untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Adapun Sistem informasi keuangan bisa menyediakan informasi untuk berbagai tujuan, yaitu:

1. Pelaporan periodic
2. Informasi historic
3. Laporan ke otoritas moneter (Bank Indonesia)
4. Laporan konsolidasi,
5. Perencanaan laba dan anggaran
6. Pelaporan kinerja, menghitung tingkat, hasil, dan berbagai rasio keuangan
7. Akuntansi biaya, dan
8. Output untuk sistem lain.

Selain itu Sistem informasi yang dapat dibangun dengan baik dan benar antara lain dapat meningkatkan produktivitas, menghilangkan kegiatan yang tidak memiliki manfaat (nilai tambah), meningkatkan layanan dan kepuasan nasabah, mengkoordinasikan setiap bagian dalam perusahaan serta meningkatkan kualitas kebijakan manajemen. Sedangkan secara umum manfaat-manfaat SI tersebut dapat dikategorikan sebagai manfaat berwujud (tangible benefit) dan manfaat tak berwujud (intangible benefit).

Manfaat Berwujud (tangible benefit)

Sebuah sistem informasi yang dibangun dan dipelihara dengan baik akan memberikan manfaat berwujud yang secara faktual dapat dilihat pergerakannya melalui pendapatan yang diraih serta biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Indikator dari keberhasilan/manfaat yang berdampak pada peningkatan pendapatan adalah meningkatnya penjualan dalam pasar yang sudah ada serta perluasan ke pasar yang baru.

Sistem informasi yang baik dapat digunakan tidak hanya untuk penyimpanan data secara elektronik saja tetapi harus mampu mendukung proses analisis yang diperlukan oleh manajemen.
Sehingga dengan dukungan sistem informasi yang baik maka dapat diperoleh informasi yang akurat, terpercaya, mutakhir dan mudah diakses mengenai kondisi penjualan perusahaan.
Dengan adanya laporan yang tersaji dengan cepat dan setiap saat dapat diakses tersebut maka keputusan-keputusan yang diambil pun dapat lebih cepat dan presisi terhadap dinamika pasar yang ada.

Sedangkan dari sisi pengurangan biaya dapat dilakukan analisis faktual atas pengurangan jumlah sumber daya manusia yang dilibatkan dalam bisnis, pengurangan biaya operasional seperti pasokan maupun overhead, pengurangan barang/material dalam stok gudang, pengurangan biaya pemeliharaan dan penyediaan perlengkapan yang tidak terlalu mahal.

Contoh dari pengurangan jumlah sumber daya manusia adalah dalam proses pencatatan transaksi keuangan. Jika sebelumnya proses di akunting harus dikelola minimalnya oleh lima orang maka dengan implementasi SIA (sistem informasi akuntansi) yang baik cukup dikerjakan oleh satu orang saja.
Hal ini disebabkan dengan SIA yang terintegrasi maka setiap proses pembukuan dapat diproses langsung dari masing-masing bagian terkait tanpa harus melalui proses pengisian ulang data.
Selain itu secara otomatis dengan penerapan SIA maka laporan-laporan keuangan dapat disajikan berdasarkan data-data transaksi tersebut tanpa re-entry.

Masalah penumpukan pasokan material produksi yang selama ini sering menjadi beban aktiva perusahaan dengan penerapan modul SCM (supply chain management) dalam sistem informasi yang dikembangkan sangat membantu memecahkan masalah tersebut.
Dengan dukungan SCM yang baik maka penumpukan stok material produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Dimana perusahaan cukup memesan kepada para pemasok hanya pada saat mencapai batas minimum persediaan.
Harga yang didapat pun bisa sangat kompetitif karena diperoleh dari beberapa pemasok sehingga tentunya hal ini sangat menguntungkan perusahaan.
Penekanan pada jumlah tenaga kerja tentunya berdampak pada turunnya jumlah investasi perlengkapan yang harus diinvestasikan yang berdampak pula pada turunnya biaya pemeliharaan.

Manfaat Tak Berwujud (intangible benefit)

Seringkali manfaat tak berwujud inilah yang menjadi titik kritis pada jalannya roda bisnis sebuah perusahaan.
Karena bersifat tak berwujud, aspek-aspek berikut seringkali diabaikan atau tidak terlacak resistensinya, yaitu:
  1. Peningkatan kepuasan konsumen
Misalkan Anda datang ke sebuah toko swalayan. Mana yang kira-kira akan Anda pilih sebagai tempat berbelanja, toko yang waktu antrian di kasirnya lebih singkat atau sebaliknya?
Tentunya Anda akan memilih yang pertama sekalipun mungkin harus membayar sedikit lebih mahal dibandingkan dengan toko kedua.
Ternyata toko pertama sudah menerapkan sistem informasi penjualannya yang lebih cepat dalam pemrosesan dan kemudahan pemasukan datanya.
  1. Peningkatan kepuasan karyawan
Seringkali muncul dari pihak karyawan yang merasa haknya tidak terpenuhi seperti misalkan insentif lemburnya.
Ternyata hal ini terjadi akibat kesalahan perhitungan pihak manajemen yang masih melakukannya secara manual atau dengan sistem pemasukan ulang data.
Padahal jika misalkan perusahaan menyediakan sistem absensi yang terintegrasi dalam sistem informasi kepegawaian dan SIA maka secara otomatis dapat dibuat laporan insenstif yang lebih akurat dan benar.
Hal tersebut baru salah satu contoh di luar misalkan perhitungan angka kredit, hak cuti, jenjang karier, pendidikan dan latihan, dsb.
  1. Peningkatan mutu dan jumlah informasi
Informasi adalah komponen penting di jaman bisnis sekarang. Anda yang kuasai informasi akan bertindak lebih responsif terhadap perubahan dan tren di masa depan.
Penerapan sistem informasi yang baik tentunya akan menghasilkan laporan-laporan hasil kompilasi data yang dikelola oleh database yang berkualitas serta menyeluruh.
Hal tersebut dapat diwujudkan karena setiap proses pembuatan laporan tersebut dieksekusi secara otomatis oleh mesin komputer.
  1. Peningkatan mutu dan jumlah keputusan manajemen
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pengambilan keputusan sangat bergantung kepada informasi yang mendukung kebijakan yang akan diambil tersebut.
Hal tersebut hanya dapat terwujud jika sistem informasi dapat menyajikan informasi yang relevan, akurat, terkini dan dapat diambil setiap saat.
  1. Peningkatan mutu dan jumlah respon atas kondisi pesaing
Aspek intelijen bisnis adalah hal yang sangat penting sejak kurun waktu yang lama dengan berbagai format dan keperluannya.
Untuk mencapai titik respon yang cepat dan tepat atas dinamika para pesaing maka diperlukan sistem informasi yang mampu mengumpulkan, menganalisis dan mengkompilasi informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan di perusahaan.
  1. Peningkatan efisiensi dan keluwesan operasional
Pemilik bisnis mana yang tidak menginginkan ini?
Semakin efisien dan luwesnya sebuah operasional maka hal ini menunjukkan semakin rendahnya biaya yang dikeluarkan untuk menjalankannya.
Hal tersebut dapat dicapai karena dipangkasnya rantai birokrasi dalam perusahaan setelah implementasi sistem informasi yang baik.
  1. Peningkatan mutu komunikasi internal dan eksternal
Sebuah sistem informasi yang baik tentunya harus didukung oleh sistem jaringan komunikasi data elektronik yang handal juga.
Dengan penerapan sistem informasi yang baik maka setiap pihak baik di dalam maupun di luar perusahaan dapat bertukar informasi secara lebih efektif dan efisien.
  1. Peningkatan mutu perencanaan
Perencanaan adalah proses yang penting bagi bisnis. Namun apapun perencanaan yang akan dibuat maka tentunya diperlukan dukungan informasi yang memadai dalam melaksanakannya.
Jika tidak maka perencanaan tersebut dapat kehilangan arah dan tidak mencapai sasarannya karena kesalah informasi yang menjadi basisnya.
  1. Peningkatan mutu pengendalian dan pengawasan
Dengan sistem informasi yang dibangun dan dipelihara dengan baik maka setiap aktivitas di dalam lingkungan bisnis dapat terus-menerus dipantau.
Pemantauan tersebut tentunya berdampak pada peningkatan pengendalian atas setiap prosedur dan kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan.